Etiologi Luka Bakar
Etiologi luka bakar adalah ketika suhu dan paparan yang berdurasi cukup lama dapat mempengaruhi keparahan pada luka bakar. Dalam Nekrosis transepidermal dapat terjadi pada suhu 700°C dalam 1 detik. Sementara paparan suhu 47°C dapat mengakibatkan nekrosis transepidermal adalah 45 menit.
Klasifikasi Luka Bakar
Klasifikasi Luka Bakar terjadi berdasarkan adanya sejumlah faktor, termasuk kedalaman, etiologi, dan persentase luas permukaan tubuh yang terdapat luka bakar.
Kombinasi Klasifikasi diatas menentukan derajat luka bakar. Luka bakar diklasifikasikan menjadi beberapa bagian yaitu:
Cedera Termal
Cedera Termal merupakan 90% dari seluruh luka bakar dan kedalaman cedera pada luka bakar tergantung suhu dan durasi kontak.
Cedera Akibat Cairan Panas
Cedera panas yang diakibatkan oleh cairan panas mencakup hampir 70% yang terjadi pada anak-anak. Namun terjadi juga pada umur lanjut usia. Luka bakar bisa disembuhkan setelah memperoleh pengobatan standar.
Cedera Panas Kering
Cedera Panas Kering disebabkan oleh kontak langsung nyala api dan pancaran panas. Umumnya terjadi pada orang dewasa dan akibat menghirup asap. Dalam kondisi seperti ini maka penderita butuh perawatan bedah.
Cedera Kontak
Cedera Kontak biasanya disebabkan kontak langsung dengan benda bersuhu panas. Kontak dalam durasi lama dengan benda bersuhu panas seperti radiator. Dapat menyebabkan cedera termal yang umumnya berhubungan dengan hilangnya kesadaran seperti orang lanjut usia, pasien epilepsi, pecandu narkoba dan pecandu alkohol. Luka bakar akibat kontak mereka memerlukan pembedahan.
Cedera Listrik
Pada kasus cedera listrik biasanya menyebabkan kurang dari 5% dari seluruh luka bakar. Kondisi seperti ini sering terjadi pada anak-anak dan pekerja kasar laki-laki. Keparahan cedera ditentukan oleh tegangan dan arusan listrik, jenis arus, durasi kontak, dan jalur arus melalui tubuh.
Dalam sebagian besar jaringan merupakan konduktor yang baik, terutama pada saraf dan pembuluh darah. Kulit dan Tulang adalah konduktor yang buruk. Meski konduktivitas kulit bervariasi tergantung pada kadar air dan suhu. Aliran listrik dapat menghasilkan panas dan jaringan tersebut masuk ke dalam konduktor yang buruk sehingga dapat mengakibatkan kerusakan dalam jaringan lokal di sekitarnya.
Dalam ilmu medis menyebutkan bahwa seseorang sering mengamati apa yang disebut titik dan keluar arus listrik yang telah melewati tubuh. Maka tegangan listrik 1000V dapat menyebabkan luka bakar kecil dan masuk kedalam titik masuk dan keluar arus listrik. Arus yang sering keluar masuk dapat menyebabkan gangguan fungsi pada jantung dan aritmia. Selain itu dapat mengakibatkan kerusakan jaringan yang luas dan seringkali disertai kehilangan anggota tubuh, sistol, aritmia jantung, rhabdomyolysis (kerusakan otot) dan gagal ginjal.
Cedera Kimia
Cedera yang diakibatkan oleh bahan kimia menyebabkan sekitar 3% luka bakar. Insiden ini umumnya terjadi karena di lingkungan rumah tangga dan industri. Jenis cedera ini melibatkan denaturasi protein dan tingkat cedera bergantung pada konsentrasi, jumlah, durasi kontak, dan mekanisme kerja bahan kimia tertentu seperti reduksi dan oksidasi, korosi, racun, protoplasma, vesikasi dan pengeringan. Meski dalam hasil gambaran klinis menyebutkan kelompok bahan kimia namun mekanisme kerusakan jaringan yang sebenarnya terjadi akibat adanya kerusakan jaringan yang berbeda-beda. Oleh, karena itu bahan kimia secara tradisional diklasifikasikan menjadi asam atau basa.
Luka bakar asam dapat menyebabkan kerusakan denaturasi protein dan nekrosis. Yang biasanya bersifat lokal dan berumur pendek. Sementara luka bakar basa dapat menyebabkan nekrosis likuifaksi yang progresif dengan penetrasi jaringan yang lebih dalam dan efek yang berkelanjutan. Luka bakar basa jika dicampur dengan keringat dapat menyebabkan reaksi eksotermik tambahan. Sementara bubuk semen sangat higroskopis dan menyebabkan pengeringan parah pada area permukaan yang terkena.
Maka mencuci dengan banyak air akan mencairkan bahan kimia dan membantu mengurangi kerusakan jaringan. Luka bakar terjadi akibat adanya asam sulfat, nitrat, fluorida, klorida, asetat, format, fosfat, fenolik, dan kloroasetat, basa seperti natrium hidroksida, kalium hidroksida, kalsium hidroksida dan litium hidroksida, natrium dan kalsium hipoklorit, amonia, fosfat, silikat, natrium karbonat, pengoksidasi seperti klorit yang dipakai dalam rumah tangga, peroksida, kromat atau bahan kimia lainnya seperti fosfor putih, bahan pewarna rambut, dan gas mustard.
Nutrisi Bagi Penderita Luka Bakar
Nutrisi alternatif yang seimbang sangatlah penting ketika dalam proses pemulihan pada pasien luka bakar. Nutrisi enteral menjadi standar emas dalam proses pemulihan. Berbeda dengan nutrisi oral saja karena biasanya nutrisi seperti ini biasanya berhasil menjaga berat badan total dan mengurangi respond hipermetabolik dan menurunkan resiko sepsis.
Namun, ketika terdapat kontraindikasi mutlak terhadap pemberian makanan enteral seperti ileus yang berkepanjangan dan intoleransi terhadap pemberian makanan internal atau pada kasus dimana nutrisi enteral tidak dapat mencapai asupan kalori yang dibutuhkan maka pemberian makanan parenteral dapat dipertimbangkan. Tetapi tindakan ini tidak dapat direkomendasikan secara universal karena hal tersebut karena akan terjadi efek samping yang mencakup imunosupresi, gangguan fungsi hati dan peningkatan angka kematian.
Dukungan Gizi
Dukungan gizi sangat diperlukan untuk nutrisi karena akan mempengaruhi kelangsungan hidup pasien setelah mengalami luka bakar parah. Kerusakan signifikan pada mukosa usus dan peningkatan translokasi bakteri yang terjadi setelah luka bakar akan mengakibatkan penurunan penyerapan nutrisi. Dalam permasalahan ini, dukungan nutrisi sebaiknya dimulai dalam waktu 24 jam setelah cedera. Hewan yang telah menjadi uji coba dalam pemberian makanan enteral dini telah terbukti secara nyata dan signifikan mengurangi respons hipermetabolik setelah mengalami luka bakar parah namun peningkatan nyata dalam respons hipermetabolik belum dibuktikan dalam penelitian pada manusia.
Namun, pemberian makanan enteral dini telah dikaitkan dengan penurunan sirkulasi katekolamin, kortisol dan glukagon dan pelestarian integritas integritas mukosa usus.
Pemberian makanan enteral dini kepada, manusia juga dapat menghasilkan pemeliharaan massa otot yang lebih baik, percepatan penyembuhan luka, resiko pembentukan ulkus curling yang lebih rendah dan masa tinggal di unit perawatan intensif yang lebih singkat.
Pada kenyataannya Nutrisi enteral maupun parenteral umumnya diberikan pada waktu jangka panjang.
Mikronutrien
Mempertahankan fungsi kekebalan tubuh yang sehat dan penyembuhan luka yang baik sangatlah penting pada pasien setelah luka bakar. Maka tujuan tersebut adalah untuk menjaga metabolisme normal dari banyak vitamin dan elemen yang terlibat dalam proses ini dan menyediakan asupan nutrisi yang cukup untuk memenuhi peningkatan kebutuhan energi selama ini. Dikombinasikan dengan proses luka bakar yang parah tentu akan mengakibatkan stres oksidatif yang parah, dikombinasikan dengan proses inflamasi yang signifikan. Dapat berkontribusi terhadap berkurangnya antioksidan endogen.
LINK WEBSITE
https://www.alomedika.com/penyakit/bedah-plastik/luka-bakar/etiologi